Sabtu, 28 Juli 2012

Melirik Komoditi Unggulan di Daerah Pemekaran


Berpotensi Besar Menyumbang Swasembada Pangan Nasional


Kabupaten Muarojambi merupakan salah satu daerah penghasil komoditi unggulan. Banyak pangan dapat diangkut dari sana, namun saat ini kabupaten pemekaran tersebut bak berlian yang belum diasah. Jika dipoles sedikit, bukan mustahil daerah ini akan menjadi sentra perkebunan palawija terbesar di Provinsi Jambi. Berikut catatan Tanjab Ekspres.

RIZAL EPENDI – MUAROJAMBI

Gubernur Jambi H. Hasan Basri Agus (HBA) pernah memprotes ketika mencuat isu kalau cabai merah yang dijual di Pasar Tradisonal Angsoduo Kota Jambi didatangkan dari Pulau Jawa.

H. Burhanuddin Mahir
HBA mengatakan kabar itu tidak benar, karena dirinya tahu persis kalau di Provinsi Jambi banyak terdapat daerah penghasil komoditi pertanian seperti cabai merah yakni di Desa Bukit Kayangan, Kabupaten Kerinci.

Sebenarnya selain di Kabupaten Kerinci, perkebunan cabai merah juga banyak terdapat di Kabupaten Muarojambi. Lokasinya tak jauh dari Kota Jambi, hanya sekitar tiga kilometer, persisnya di Desa Sumberagung, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi.

Menurut petani di sana, cabai merah yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman kelapa sawit tersebut, dalam satu batang pohon dapat dipanen hingga 14 kali, sebelum tanaman itu mati.

Produksinya sungguh berlimpah, kualitasnya bagus tak kala dengan kualitas cabai merah di Kabupaten Kerinci. Bahkan Bupati Muarojambi berdecak kagum ketika melihat hasil panen cabai merah tersebut, Rabu  (18/07) lalu.

Perkebunan cabai merah ini mengundang perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muarojambi. Menurut Burhanuddin Mahir, Pemkab Muarojambi akan terus mensuport petani guna mengembangkan komoditi ini.

“Saya salut dan berharap agar perkebunan cabai merah  unggul ini dapat dikembangkan sehingga dapat menjadi contoh bagi desa – desa lain,” ujar Burhanuddin Mahir.

Selain tanaman cabai merah, di Kabupaten Muarojambi juga terdapat perkebunan jagung hibryda. Lokasinya sedikit mengarah ke sebelah Timur Provinsi Jambi, persisnya di Desa Mekarsari, Kecamatan Kumpeh Ilir.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Muarojambi, luas tanaman jagung hibryda di Kecamatan Kumpeh Ilir  ini mencapai 2. 510 hektar. Letaknya tersebar di 11 desa diantaranya Desa Jebus, Londrang, Gedongkarya dan Desa Bungur.

Kemudian di Desa Sukarejo serta Desa Pematang Raman. Perkebunan ini dikelola 1. 522 petani yang terhimpun dalam 43 kelompok tani. Saking berlimpahnya hasil panen jagung hibryda, Kabupaten Muarojambi dapat menyumbang 41. 06 persen dari jumlah produksi jagung hibryda di Provinsi Jambi.

Sedangkan di Desa Pematang Raman, selain jagung terdapat sedikitnya 177 hektar sawah hasil program optimasi lahan tidur (OPL). Produksi padi di desa ini tak hanya menyumbang pencapaian program swasembada beras di Kabupaten Muarojambi, tapi menyumbang pencapaian program swasembada beras Provinsi Jambi, bahkan swasembada beras Nasional.

Tak ketinggalan pula perkebunan kacang kedelai, sayur-sayuran segar seperti terong, tomat, kisik dan kacang panjang yang ditanam petani secara tumpang sari dengan tanaman ubi kayu dan ubi rambat. 

Buah Nenas Segar : Hasil perkebunan nenas di Desa Tangkit Lama, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi
Selanjutnya di Kecamatan Sungaigelam, hasil pertanian di sini juga tak kalah menggiurkan ketimbang kecamatan lain di Kabupaten Muarojambi. Namun hingga kini para petani di sana masih membutuhkan  perhatian serius pemerintah. 

Salah seorang petani, Alwi (47) Warga Desa Kebon Sembilan, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Jumat (27/07) bercerita kepada koran ini. Kata Alwi,  selain karet dan kelapa sawit di sana juga terdapat perkebunan cokelat (kakao), pinang, kelapa dan tebu.

Ada juga beragam kebun buah musiman seperti rambutan, durian dan duku. Komoditi lain disektor perikanan juga terdapat kolam ikan milik warga yang kerapkali ikut meramaikan pasokan ikan segar di Pasar Tradisional Angsoduo, Kota Jambi.

Dengan telah tersedianya komoditi tersebut diharapkan ada uluran tangan pemerintah, agar potensi di daerah itu dapat dikembangkan. Bahkan dikatakan Alwi, para petani bersedia membentuk kelompok tani untuk memperoleh pinjaman modal.

”Untuk buah pinang saja kalau dikumpulkan dalam satu bulan bisa menghasilkan satu ton,” ujar Alwi.

Sementara di Desa Tangkit - masih satu kecamatan dengan Desa Sungaigelam - terkenal dengan produksi selai dan dodol nenas serta buah nenas segar. Komoditi pertanian di sana tak hanya ikut meramaikan pasaran buah – buahan segar di Jambi, namun merambah hingga ke Pekan Baru, Palembang  dan Lampung. 

Makanya Desa ini didaulat menjadi daerah penghasil buah nenas segar terbesar di Provinsi Jambi.

Muhadi warga Desa tangkit menyebutkan harga jual buah nenas segar berkisar Rp. 800 hingga Rp. 1000 perbuah jika membeli dalam jumlah besar. Namun kalau hanya untuk oleh-oleh harganya sedikit lebih mahal bahkan mencapai Rp. 2500 perbuah.

Muhadi membenarkan kalau dirinya pernah memasok buah nenas segar  dari Desa Tangkit ke Kabupaten Linggau, Sumatera Selatan. Tapi kalau menurut salah seorang tokoh masyarakat di sana H. Muhammad  Akil, nama Desa Tangkit sudah dikenal orang sampai ke Malaysia lewat produksi selai dan dodol nenas.

Lain lagi di Desa Air Hitam Kecamatan Jambi Luar Kota (Jaluko), Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Selain tanaman padi dan  kelapa sawit, petani di sana banyak yang berkebun pinang.

Namun belum diperoleh informasi akurat tentang luas perkebunan pinang di sini, yang jelas dalam sebulan rata-rata desa ini dapat memproduksi satu ton buah pinang kering.

Buah pinang ini merupakan salah satu komoditi unggulan di sana. Petani penggarap ialah petani karet dan sawit yang nyambi menanam pinang. Tidak ada perkebunan pinang skala besar di sana, namun demikian desa itu termasuk penghasil pinang terbesar setelah Kabupaten Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur.

Menurut Mardi (37) warga Desa Air Hitam, buah pinang yang di hasilkan di desa tersebut merupakan buah pinang yang ditanam warga diperbatasan lahan antar warga.
Pintu Gerbang Desa Tangkit Baru

Kemudian ada juga yang berasal dari tanaman pinang yang ditanam di pekarangan rumah warga. "Disini belum ada kebun pinang yang terlalu luas, hanya berupa tanaman selingan," kata Mardi.

Trus,  kalau di Desa Kasang Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi banyak terdapat  kolam ikan dan sawah warga. Desa ini termasuk salah satu daerah penghasil komoditi unggulan dari sektor perikanan dan pertanian.

Selanjutnya di Kecamatan Sungaibahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Daerah ini  terkenal dengan perkebunan kelapa sawit. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar untuk  Kabupaten Muarojambi bahkan bersumber dari Kecamatan Sungaibahar.

Ini pernah dikatakan Anggota DPRD Provinsi Jambi, Daerah Pemilihan (Dapil) Batanghari – Muarojambi, Hj. Fatmawati As’ad Syam kepada Koran ini di Gedung DPRD Provinsi Jambi beberapa waktu lalu.

Menurut Fatmawati, kalau dikelola dengan baik, komoditi pertanian di Kecamatan Sungaibahar, dapat menghasilkan PAD yang lebih besar dari sebelumnya.  Saat ini saja PAD yang dihasilkan oleh kecamatan itu  sudah lebih dari Rp. 3 Miliar per minggu.

Mengenai perkebunan karet, pada 2009 Pemkab Muarojambi telah menjalankan program revitalisasi karet. Bahkan  dari delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Muarojambi, satu-satunya kecamatan yang mendapat jatah program revitaslisasi perkebunan karet hanya Kecamatan Sungaibahar.

Kecamatan ini ditunjuk sebagai sasaran program revitalisasi perkebunan karena dianggap memenuhi syarat yakni usia perkebunan diatas 25 tahun. Masih segar dalam ingatan, kalau daerah ini juga terdapat sentra peternakan sapi yang menyumbang kebutuhan daging cukup besar untuk masyarakat Jambi.
Perkebunan Nenas Warga Tangkit Lama

Peternakan sapi ini dikelola oleh Perseroan Terbatas  Perkebunan Nusantasa (PTPN) 6 Jambi. Pihak perusahaan tak payah memberi makan ternak sapi, mereka mengolah dahan kelapa sawit untuk dijadikan makanan sapi, sedangkan kotoran sapi diolah kembali menjadi pupuk kandang yang dibutuhkan petani kelapa sawit*** (Tulisan ini telah terbit di Harian Tanjab Ekspres Edisi Senin 30 Juli 2012, Halaman 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

10 Berita Paling Top