Selasa, 25 September 2012

Lestarikan Budaya Daerah Sejak Dini


 Mulai dari belajar piano jinjing, tengkuluk  hingga lomba O2SN

SD Negeri 144 Kota Jambi mulai melestarikan seni budaya daerah sejak dini. Asa ini tujuannya agar siswa tak melupakan sejarah, dan mengenal jatidiri bangsa Indonesia. Berikut catatan Tanjab Ekspres.

RIZAL EPENDI – KOTA JAMBI

Beberapa unit piano jinjing tersusun rapi di dalam lemari kaca berukuran sedang, terletak di ruang guru SD Negeri 144 Kota Jambi. Alat musik modern yang dimainkan dengan cara ditiup tersebut masih berada di dalam sarungnya, sebuah tas khusus warna biru agar terlindung dari debu. 

Suara merdu piano ini justru tak terdengar saat itu, karena para calon pionis (Para siswa SD 144 - red) tak sedang berlatih bermain musik. Biasanya alat musik itu  hanya dimainkan ketika siswa belajar bidang studi ekstra kurikuler (Eskul)

Bidang studi eskul memang tak setiap hari diajarkan di SD berdiri 1997 ini, dalam seminggu hanya sekali, itupun cuma dua jam pelajaran untuk 387 siswa kelas satu sampai kelas enam. Siswa berlatih bermain piano secara bergiliran. 

Ketika Tanjab Ekspres berkunjung ke SD berlokasi di Jalan Raden Wijaya, Kelurahan Kebun Kopi, Kecamatan Jambi Selatan, Senin pagi pekan lalu, lima orang dari 25 guru mengajar di SD ini terlihat sedang terlibat percakapan seirus.

Tak terdengar jelas apa yang sedang dibicarakan oleh guru itu, namun yang pasti bukan tentang bidang studi eskul, karena seluruh siswa SD dengan 12 kelompok belajar ini sedang menikmati jam istirahat. 

 “Kami lebih menitik beratkan pelajaran eskul pada seni budaya daerah, baik seni musik ataupun seni tari”, ujar Kepala SD Negeri 144, Luqman Yasin kepada SMART belum lama ini.

Mengenal jati diri bangsa dan menimbulkan rasa cinta tanah air merupakan tujuan SD ini menerapkan pendidikan eskul tentang seni musik. Disamping itu, juga untuk mengasah bakat siswa agar mulai belajar membuat karya seni sejak mengenyam pendidikan awal.

Memang belum ada siswa berprestasi di SD ini, apalagi untuk tingkat nasional, terutama dibidang seni musik, namun pelajaran eskul terus diterapkan sekaligus untuk menumbuhkembangkan minat dan bakat siswa.

Siswa SD Foto : Rizal Ependi
Biasanya, saat latihan bermain piano, lagu – lagu yang dinyanyikan murid SD yang fasiltasnya tergolong minim ini ialah lagu-lagu daerah Jambi. Salah satunya lagu cik mina tengkuluk putih, dan beberapa lagu daerah Jambi lainnya.

Tentu saja para siswa dilatih oleh guru kesenian yang masih memiliki kemapuan terbatas dengan terlebih dulu belajar tangga nada dan mengenal nada – nada  dasar dalam memainkan piano.

Kualitas para siswa mendalami seni musik ini terus ditingkatkan, terbukti pihak sekolah pernah menjalin kerjasama dengan Yamaha Musik - sebuah lembaga kursus yang juga menjual alat musik di Kota Jambi -   guna mebgasah kemampuan siswa.

Dalam hal ini Luqman tak menjelaskan secara rinci seperti apa bentuk kerjasama dengan Yamaha Musik tersebut. “Alat musik ini juga kita beli dari Yamaha”, tambahnya.    

Tak hanya peralatan musik yang belum lengkap, guru profesional dibidang musik serta tempat latihan juga belum tersedia. Siswa biasanya berlatih bermain musik di kelasnya masing-masing.

Ditambah lagi ketersediaan sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar juga belum memadai. Akibatnya, karena ruang belajar hanya tersedia delapan kelas, siswa kelas empat sampai kelas enam terpaksa masuk siang, selebihnya tetap masuk pagi.

Halaman sekolah ini pun relatif kecil, hanya kira-kira 4x8 meter persegi. Padahal lahan tempat SD ini dibangun luasnya satu hektare lebih persisnya 1.114 meter persegi.

Sekolah ini belum meiliki ruang perpustakaan, begitu juga ruang laboratorium bahasa Indonesia dan bahasa  Inggris, padahal umur SD ini telah 13 tahun.

Namun demikian, kondisi itu tak menyurutkan semangat para guru untuk mengajar di sana, pun jumlah siswanya lumayan banyak. Penyebabnya mungkin karena SD ini mudah dijangkau karena letaknya masih berada di dalam kota Jambi.  

Selain seni musik, banyak juga siswa yang dilatih dalam bidang seni lukis, seni suara dan seni tari tradisional. Ini  dipersiapkan jika dibutuhkan untuk mengisi acara-acara resmi pemerintah maupun olimpiade olahraga seni nasional (O2SN) seperti yang akan digelar di SMP 14, Juni mendatang.

Guru di SD ini kebanyakan Pegawai Negeri Sipil, namun baru kepala sekolah yang telah dapat sertikat pendidikan. Setidaknya 12 guru termasuk staf tata usaha masih berstatus tenaga honorer yang upahnya dibayarkan menggunakan dana BOS Rp300 - Rp500 ribu perbulan.

Guna meningkatkan kwalitas lulusan, guru bidang studi kurikuler di SD ini pernah menggelar studi banding ke Yokyakarta dan Bali. Kalau ada kesempatan, mungkin studi banding juga akan dilakukan untuk guru yang merangkap mengajar bidang studi  eskul.

Sekolah ini telah beberapa kali dilakukan perehaban, tahun 2006 perehaban dilakukan untuk ruang belajar dan  2007 dilakukan perbaikan lantai dan bagian atap sekolah ***

  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Berita Terbaru

10 Berita Paling Top