Jumat, 30 November 2012

Corat – Coret Judul : DAK GETEK SEN, NABO WER



Oleh  : Rizal Ependi

Jika tak punya uang, hidup ibarat sampah. Begitulah arti judul tulisan ini. Judul ini saya ambil dari salah satu pribahasa di daerah yang dominan para orang tua sangat mengharapkan anaknya menjadi militer.

Karakteristik masyarakat di sana sangat keras, tempramental dan pemaaf, sebuah kepribadian yang saling bertentangan dalam satu raga, bernama semangat. Desa ini dulunya terpencil, Air Itam Penukal namanya. Masuk dalam Marga Penukal Abab, Kecamatan Talang Ubi Pendopo, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan.

Kalau orang Batak bilang, Hepeng do Mengatur Negaraon (Negara Ini Diatur Oleh Uang) itu betul dan sangat benar. Kira – kira maknanya mirip dengan judul tulisan ini tadi,  dak getek sen, nabo wer.

Memang, hidup di dunia ini harus punya uang banyak. Bisa jadi uang segala-galanya. Jika tak punya uang, maka buang saja ke dalam bak sampah. Sadis! Sebab uang bisa membuat sebagian orang tertawa, bahagia dan berwibawa.

Tapi tak dapat dipungkiri, uang juga dapat membuat orang menderita, resah dan celaka. Apalagi didapat dengan cara – cara yang kurang etis, seperti dari hasil mencuri, mencopet, memeras, menipu, merampok dan korupsi.

Kata “korupsi” bagi sebagian orang sangat mudah diucapkan, indah didengar dan menggiurkan. Karena prilaku koruptif sangat menguntungkan, pelakunya tentu akan mendapat nilai lebih dari hak yang seharusnya dia terima.

Namun, praktik korupsi berbeda dengan mencopet, memeras dan merampok tapi agak mirip dengan mencuri atau nyolong. Sebab, korupsi dilakukan dengan cara sembunyi – sembunyi yang tentu saja membutuhkan ketangkasan, kesempatan dan sedikit nyali.

Para pelakuknya dominan dari golongan orang- orang intlek yang umumnya pernah mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

Sedangkan mencopet, memeras dan merampok bahkan menipu  dilakukan dengan terang – terangan dan membutuhkan keberanian besar. Tidak perlu tangkas dan pinter, cukup dengan satu kata, nekat.

Oleh sebab itu keberanian melakukan  korupsi saya rasa sangat berbeda dengan keberanian melakukan perampokan. Walaupun tujuannya sama, yakni sama - sama mengambil hak orang lain baik berupa uang, harta benda, popularitas dan kedudukan dengan cara memaksa.

Analisa saya,  pelaku korupsi ini hanya terjebak dalam sebuah peluang dan kesempatan. Mungkin tak ada satu orangpun yang berencana untuk melakukan korupsi. Sebab pada dasarnya manusia dilahirkan baik.

Jadi siapa yang harus disalahkan dalam hal ini, atau siapa yang harus divonis sebagai penjahat, saya rasa bukan korupsi, tapi pelakunya, dan yang harus disalahkan ialah  uang itu sendiri. Sebab uang memiliki daya tarik yang luar biasa.

Pribahasa lain mengatkan, lebih indah mata uang dari pada mata bidadari. Sebab keindahan uang dapat dinikmati tidak hanya oleh orang-orang yang melek, namun para tuna netra pun sangat mengaguminya. Pada hal dia tidak tahu warna dan bentuk uang itu sendiri.

Namun ada juga yang mengatakan mata uang lebih tajam dari pada mata pedang. Ini juga tidak salah, sebab orang yang punya uang dapat menggunakan seribu mata pedang untuk memuaskan nafsu dendamnya secara bersamaan. Hal ini tak sama dengan pemilik satu mata pedang ***


 





  




Rabu, 21 November 2012

Meriahkan Hari Bhakti PU ke 67


Pertandingan persaudaraan menjelang Perayaan Hari Bhakti ke 67 PU Provinsi Jambi Tahun 2012. Para pemain voley baal  terlihat bersamangat.








AJI: Menteri Jero Wacik Lecehkan Profesi Jurnalis


Jakarta – Pernyataan Menteri ESDM Jero Wacik yang menyarankan anak buahnya untuk ‘menyuap’ wartawan langsung menuai protes keras. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menilai Jero Wacik telah melecehkan profesi jurnalis.

Foto : Ist
“Apa yg diucapkan Menteri ESDM itu bertendensi melecehkan profesi jurnalis dan memprihatinkan karena keluar dari mulut pejabat negara,” ujar Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Eko Maryadi, Rabu (21/11/2012).

Menurut Eko, pernyataan Jero Wacik memperlihatkan bahwa dirinya adalah pejabat yang berpikir pemerintah bisa mengontrol pers dan wartawan seperti pada zaman Orde Baru. Jero pun diminta segera memperbaiki apa yang sudah diucapkan.

“Jangan-jangan Menteri Jero Wacik ini berpikir wartawan itu bisa dibeli dengan murah lewat makan siang atau disuap dengan pemberian tertentu dari fasilitas negara,” imbuhnya.

Sebelumnya, saat berbicara di depan karyawan eks BP Migas yang kini menjadi Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKSP Migas), Jero meminta seluruh karyawan untuk menjelaskan fungsi SKSP Migas kepada wartawan agar jelas.

Tak ragu-ragu, Jero menyarankan anak buahnya untuk tak segan-segan memberi hadiah atau mengajak makan siang wartawan demi menjelaskan posisi SKSP Migas yang sejelas-jelasnya.

“Wartawan harus diajak bergerak, diajak menerangkan baik-baik. Wartawan itu kan apa yang didengar, itu yang ditulis. Kalau terus nggak dengar apa-apa, dia nggak nulis apa-apa. Dipengaruhi oleh orang-orang lain itu yang ditulis. Kacau sudah. Kita yang kacau. 

Tetapi kalau diterangkan sama wartawan, ajak makan siang wartawannya, sekali belum mengerti, dua kali, dua kali belum ngerti, lima kali, lima kali belum ngerti 10 kali. Sampai dia ngerti betul,” ujar Jero, Senin (19/11/2012).

Dalam penjelasan tersebut, hadir juga petinggi-petinggi Kementerian ESDM yaitu Wakil Menteri Rudi Rubiandini, Dirjen Migas Evita Legowo, Wakil SKSP Migas Johanes Widjonarko dam 1.200 karyawan eks BP Migas lain.


Setelah itu, Jero juga menyarankan untuk memberikan hadiah bagi wartawan yang memuat berita dengan benar. “Begitu dimuat, periksa muatannya, sudah benar belum. Kalau mau kasih hadiah, kasih hadiah. Kalau nggak mau kasih hadiah nggak apa-apa, tetapi kebangetan. Masa, segede BP Migas nggak pernah mau kasih hadiah. Salah juga. Wartawan kan rakyat, jadi harus pro rakyat,” ujar Jero.[merdeka.com]

Minggu, 18 November 2012

Pembukaan Perkempinas 2012 Semarak


JAMBI, TANJAB EKSPRES -  Pembukaan Perkemahan Pramuka Putri Nasional (Perkempinas) tahun 2012 di Bumi Perkemahan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Minggu (18/11), semarak.

Perkempinas itu diikuti 2 ribu lebih peserta yang berasal dari 29 kwartir daerah (Kwarda) se Indonesia. Pembukaanya dilakukan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Windu Nurcipta.

Saat acara pembukaan berlangsung wamendikbud di dampingi Gubernur Jambi, H Hasan Basri Agus (HBA). Hapir seluruh provinsi yang ada di Indonesia mengirimkan utusannya, hanya saja Provinsi Bali, Maluku Utara, Maluku dan Gorontalo, tidak mengirim utusan. 

Sebelum pembukaan, Gubernur Jambi menggelar acara silahturahmi dengan para peserta perkempinas. Dalam sambutannya gubernur mengatakan kegiatan Perkempinas ini memiliki makna dan tujuan yang luhur yaitu untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, bersilaturahmi, bertukar pengalaman serta meningkatkan rasa persaudaraan dan menumbuhkan rasa cinta pada tanah air.

Dengan demikian dapat memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia. “Kita harus menyadari dan mengakuai bahwa sejak beberapa tahun terakhir, ditemukan gejala menurunkan semangat dan rasa kebangsaan dikalangan kaum muda,” ujar gubernur.

Penurunan semangat dan rasa kebangsaan itu dapat dilihat dari rendahnya solidaritas sosial, maraknya tawuran antar pelajar di beberapa daerah serta semakin berkurangnya pemahaman kaum muda terhadap sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa.

Dikatakan gubernur, gerakan pramuka sebagai wadah pembinaan moral dan mental generasi muda, sangat dinantikan peran dan kiprahnya, mengingat gerakan pramuka pada hakikatnya merupakan Lembaga Pendidikan di Luar Sekolah, yang hidup di tengah tengah masyarakat. (ref)













10 Berita Paling Top