Senin, 25 Februari 2013

Korban Banjir Mengaku Hanya Dibantu 6 Kg Beras

 Camat Kumpeh Ulu Terkesan Enggan Dikonfirmasi

MUAROJAMBI, TANJAB EKSPRES - Warga korban banjir di RT. 02, Desa Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muarojambi mengaku baru mendapatkan bantuan 6 kilogram (kg) beras dari pemerintah.

Beras tersebut disalurkan pihak Kantor Camat Kumpeh Ulu dengan mengambil sendiri ke kantor camat tersebut. "Kalau pengungsi yang ditampung di tempat pengungsian, mereka mendapatkan mie instan, minyak goreng dan sarden", ujar Yuli (34) warga RT. 02, Desa Pudak, Kepada Tanjab Ekspres, Senin (25/2).

Yuli, korban banjir di RT.02 Desa Pudak, Kumpeh Ulu. Ft:\RE
Dikatakan Yuli, ada oknum di kantor camat tersebut memberi persyaratan, kalau ingin mendapat bantuan komplit (maksudnya beras, minyak makan, mie instan dan sarden -red) warga harus mengungsi ke lokasi yang telah ditentukan pemerintah.

Namun sebagian warga di sana tak mau mengungsi, alasannya tidak ingin meninggalkan rumah mereka. Padahal, bagi yang memiliki kendaraan bermotor, tak bisa dibawa pulang dan terpaksa diparkirkan di lokasi parkir dadakan 24 jam.

Dilaokasi parkir di pintu masuk desa, warga harus membayar Rp. 2000 untuk siang hari, tapi pada malam hari hingga pagi keesokan harinya warga harus merogoh kocek Rp. 3000 permalam. "Memang segitu, tapi kalau sebulan sudah berapa", tuturnya.

Disisi lain, untuk pulang pergi ke rumah mereka yang terkena banjir, warga harus menyewa perahu. Inipun harus pakai ongkos sewa Rp. 2000 rupiah, harga ini tidak berlaku untuk mengangkut sepeda motor yang dipatok Rp. 5000 rupiah perunit sepeda motor.

"Di sini tak semua warga punya perahu, jadi sebagian terpaksa harus menyewa jasa perahu dari warga lain", imbuhnya.

Subiyah (35) warga lainnya mengaku, sejak musim banjir banyak warga di sana yang tak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Bahkan ada yang kehilangan matapencaharian sementara, karena kebun mereka terendam tak bisa dipanen.

Jalan menuju RT. 02 Desa Pudak, Kumpeh Ulu terenam sebatas lutut orangdewasa. Ft:\RE
"Di dalam lebih kurang 200 rumah kebanjiran, kami membuat amben (sejenis meja besar di dalam rumah-red) guna menyelamatkan perabot rumah tangga yang takut air", kata Subiyah. 

Menurut Subiyah, banjir yang terjadi saat ini merupakan yang terbesar setelah sepuluh tahun terakhir. Dulu pernah juga terjadi banjir seperti ini, kalau tidak salah tahun 1993.

Sementara itu, Camat Kumpeh Ulu, Wahyudi terkesan enggan dikonfirmasi terkait persoalan ini. Dirinya mengaku akan ke Desa Sungaiterap guna membagikan bantuan korban banjir.

"Itu sudah ada lokasinya masing-masing, saya mau pergi ke Sungaiterap", ujar Wahyudi di Kantornya Senin (25/2). Saat itu camat pergi menggunakan kendaraan dinasnya dengan menyertakan Sekretaris Camat (Sekcam), Sobri.

Terpisah, warga lainnya mengaku, memang korban banjir di sana sebagian besar tak mau mengikuti saran pemerintah untuk mengungsi ke lokasi yang telah ditentukan.

Alasannya, korban tak mau meninggalkan rumah mereka. Kemudian korban mengaku walaupun mengungsi, aktivitas lain seperti mandi, cuci dan kakus (MCK), mereka juga harus pulang ke rumah, karena di tempat pengungsian mungkin tak tersedia.

Setahu saya bukan tenda, tempat pengungsian itu rumah bidan desa yang telah lama kosong", ujar Pria pengusaha air isi ulang di tepi jalan lintas di depan kantor camat tersebut. (ref/kon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Berita Terbaru

10 Berita Paling Top