Pasca
diresmikan tahun 1988, Museum di Kota Jambi ini diberi nama Museum Negeri
Provinsi Jambi. Sebelas tahun kemudian, persisnya tahun 1999 berganti nama
menjadi Museum Negeri Jambi. Dan, sekarang 2012 Museum ini berganti nama lagi
menjadi Museum Siginjai. Berikut Catatannya.
Rizal Ependi – KOTA JAMBI
Pergantian nama Museum Negeri Jambi menjadi
Museum Siginjai, dilaksanakan pada Selasa 30 Oktober 2012. Hal ini didasari oleh
Peraturan
Gubernur (Pergub) Nomor 26 tahun 2012. Diresmikan oleh Wakil Gubernur (Wagub)
Jambi, H. Fachrori Umar pada hari itu juga.
Meseum Singginjai berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Kecamatan Telanaipura,
Kota Jambi. Persisnya di depan Kantor PLN WS2JB Cabang Jambi, di Kelurahan
Broni, tak jauh dari Rumah Dinas Walikota Jambi.
Bersamaan dengan itu digelar pameran budaya Jambi dan khusus yang bertajuk
”Jambi Elok Nian” yang ditandai dengan penandatanganan prasasti serta
pengguntingan pita oleh wakil gubernur Jambi.
Saat meresmikan, wakil gubenur didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi, H. Didy Wurjanto dan Kepala Museum
Siginjai, Eni Suhartaty.
Peresmian penggantian nama
meseum ini, menurut wagub, merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Jambi guna
melindungi dan melestarikan warisan budaya bangsa di Jambi.
Museum Siginjai Jambi. Ft:\ Ist |
Tujuannya, untuk
memperkenalkan kepada masyarakat tentang keris siginjai yang merupakan senjata pusaka, milik
salah seorang keturunan Raja Jambi : Rang Kayo Hitam.
Sebab yang terkandung pada museum ini tidak hanya nilai sejarah namun juga
mengandung nilai pendidikan.”Saat ini pihak museum telah melakukan hal itu dan
mengelola warisan budaya dengan menjadikan museum ini wahana pariwisata
daerah”, ujar wagub saat menyampaikan
sambutannya.
Dikatakan wagub, perlu dipahami bersama, bahwa pembangunan kebudayaan
hendaknya tidak hanya dipandang sebagai pembangunan sektoral. Tapi sebagai
pembangunan masyarakat secara holistik, yang berujung pada kesejahteraan yang
lebih luas.
Wagub berharap, kegiatan tersebut dapat dijadikan momentum untuk terus
mempertahankan dan melestarikan adat istiadat, budaya dalam membangun kehidupan
yang lebih berbudaya, sehingga menjadi karakter bangsa dan daerah di masa kini
dan mendatang.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Provinsi
Jambi, H. Didy Wurjanto menjelaskan, selain memperkenalkan senjata pusaka
Jambi, pergantian nama museum ini guna menarik minat masyarakat berkunjung ke
museum tersebut.
Sebab kalau memakai nama yang lama, seolah museum ini hanya menyimpan barang-barang
milik pemerintah. Padahal tidak demikian, di dalam museum tersebut bersemayam
beragam benda peninggalan sejarah mulai zaman kerajaan.
“Jadi jika dinamakan Museum Singginjai, orang akan langsung ingat kalau itu dari Jambi”,
imbuhnya.
Pergantian mana ini merupakan hasil kesepakatan para budayawan dan tokoh
masyarakat Jambi. " Nama ini juga diambil dari nama ikon
Jambi berbentuk sebilah keris yang bernama Siginjai”, ujar Kepala Museum
Singginjai, Suhartaty.
Museum ini, Suhartati melanjutkan, banyak menyimpan benda peninggalan prasejarah seperti
beliung batu, gong bertuliskan aksara kuno Cina, teko, piring porselen,
fragmen tangan dan Arca Budha.
Perlu diketahui, museum ini
dibangun dengan
peletakan batu pertama oleh Gubernur Jambi, H. Masjchun Sofwan, Pada
18 Februari 1981. Luas lokasi 13.350 meter persegi.
Bangunan ini rampung tahun 1988, dan diremikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, DR.
Fuad Hasan, pada 6 Juni 1988, dengan diberinama Museum Negeri
Provinsi Jambi.
Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka Museum
Negeri Propinsi Jambi berubah menjadi Museum Negeri Jambi sesuai dengan Peraturan
Daerah (Perda) No.15 tahun 2002. ***