Mulai dari belajar piano
jinjing, tengkuluk hingga lomba O2SN
SD Negeri 144 Kota Jambi
mulai melestarikan seni budaya daerah sejak dini. Asa ini tujuannya agar siswa tak
melupakan sejarah, dan mengenal jatidiri bangsa Indonesia.
Berikut catatan Tanjab Ekspres.
RIZAL EPENDI – KOTA
JAMBI
Beberapa unit piano jinjing
tersusun rapi di dalam lemari kaca berukuran sedang, terletak di ruang guru SD
Negeri 144 Kota Jambi. Alat musik modern yang dimainkan dengan cara ditiup
tersebut masih berada di dalam sarungnya, sebuah tas khusus warna biru agar
terlindung dari debu.
Suara merdu piano ini justru
tak terdengar saat itu, karena para calon pionis
(Para siswa SD 144 - red)
tak sedang berlatih bermain musik. Biasanya alat musik itu hanya dimainkan ketika siswa belajar bidang
studi ekstra kurikuler (Eskul)
Bidang studi eskul memang
tak setiap hari diajarkan di SD berdiri 1997 ini, dalam seminggu hanya
sekali, itupun cuma dua jam pelajaran untuk 387 siswa kelas satu sampai kelas
enam. Siswa berlatih bermain piano secara bergiliran.
Ketika Tanjab Ekspres berkunjung ke SD berlokasi di
Jalan Raden Wijaya, Kelurahan Kebun Kopi, Kecamatan Jambi Selatan, Senin pagi
pekan lalu, lima orang dari 25 guru mengajar di SD ini terlihat sedang terlibat
percakapan seirus.
Tak terdengar jelas apa yang sedang dibicarakan oleh
guru itu, namun yang pasti bukan tentang bidang studi eskul, karena seluruh
siswa SD dengan 12 kelompok belajar ini sedang menikmati jam istirahat.
“Kami lebih
menitik beratkan pelajaran eskul pada seni budaya daerah, baik seni musik
ataupun seni tari”, ujar Kepala SD Negeri 144, Luqman Yasin kepada SMART belum
lama ini.
Mengenal jati diri bangsa dan menimbulkan rasa cinta
tanah air merupakan tujuan SD ini menerapkan pendidikan eskul tentang seni
musik. Disamping itu, juga untuk mengasah bakat siswa agar mulai belajar membuat
karya seni sejak mengenyam pendidikan awal.
Memang belum ada siswa berprestasi di SD ini,
apalagi untuk tingkat nasional, terutama dibidang seni musik, namun pelajaran
eskul terus diterapkan sekaligus untuk menumbuhkembangkan minat dan bakat
siswa.
|
Siswa SD Foto : Rizal Ependi |
Biasanya, saat latihan bermain piano, lagu – lagu yang
dinyanyikan murid SD yang fasiltasnya tergolong minim ini ialah lagu-lagu
daerah Jambi. Salah satunya lagu cik mina
tengkuluk putih, dan beberapa lagu daerah Jambi lainnya.
Tentu saja para siswa dilatih oleh guru kesenian yang
masih memiliki kemapuan terbatas dengan terlebih dulu belajar tangga nada dan mengenal
nada – nada dasar dalam memainkan piano.
Kualitas para siswa mendalami seni musik ini terus
ditingkatkan, terbukti pihak sekolah pernah menjalin kerjasama dengan Yamaha
Musik - sebuah lembaga kursus yang juga menjual alat musik di Kota Jambi - guna
mebgasah kemampuan siswa.
Dalam hal ini Luqman tak menjelaskan secara rinci
seperti apa bentuk kerjasama dengan Yamaha Musik tersebut. “Alat musik ini juga
kita beli dari Yamaha”, tambahnya.
Tak hanya peralatan musik yang belum lengkap, guru
profesional dibidang musik serta tempat latihan juga belum tersedia. Siswa
biasanya berlatih bermain musik di kelasnya masing-masing.
Ditambah lagi ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang proses belajar mengajar juga belum memadai. Akibatnya, karena ruang
belajar hanya tersedia delapan kelas, siswa kelas empat sampai kelas enam
terpaksa masuk siang, selebihnya tetap masuk pagi.
Halaman sekolah ini pun relatif kecil, hanya
kira-kira 4x8 meter persegi. Padahal lahan tempat SD ini dibangun luasnya satu
hektare lebih persisnya 1.114 meter persegi.
Sekolah ini belum meiliki ruang perpustakaan, begitu
juga ruang laboratorium bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, padahal umur SD ini telah 13 tahun.
Namun demikian, kondisi itu tak menyurutkan
semangat para guru untuk mengajar di sana, pun jumlah siswanya
lumayan banyak. Penyebabnya mungkin karena SD ini mudah dijangkau karena
letaknya masih berada di dalam kota Jambi.
Selain seni musik, banyak juga siswa yang dilatih dalam
bidang seni lukis, seni suara dan seni tari tradisional. Ini dipersiapkan jika dibutuhkan untuk mengisi
acara-acara resmi pemerintah maupun olimpiade olahraga seni nasional (O2SN)
seperti yang akan digelar di SMP 14, Juni mendatang.
Guru di SD ini kebanyakan Pegawai Negeri Sipil,
namun baru kepala sekolah yang telah dapat sertikat pendidikan. Setidaknya 12
guru termasuk staf tata usaha masih berstatus tenaga honorer yang upahnya
dibayarkan menggunakan dana BOS Rp300 - Rp500 ribu perbulan.
Guna meningkatkan kwalitas lulusan, guru bidang
studi kurikuler di SD ini pernah menggelar studi banding ke Yokyakarta dan Bali. Kalau ada kesempatan,
mungkin studi banding juga akan dilakukan untuk guru yang merangkap mengajar
bidang studi eskul.
Sekolah ini telah beberapa kali dilakukan
perehaban, tahun 2006 perehaban dilakukan untuk ruang belajar dan 2007 dilakukan perbaikan lantai dan bagian
atap sekolah ***