Pemerintah
Akan Berikan Pendidikan, Kesehatan dan Hak Politik
JAMBI,
TANJAB EKSPRES – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi mulai melirik kehidupan
Suku Bajau di Tanjungjabung (Tanjabbar dan Tanjabtim). Komunitas adat terpencil
(KAT) yang hidup di perairan pantai timur tersebut akan mendapat perhatian
serius pemerintah. “Jangan
sampai satu suku itu terlupakan, bagaimanapun itu komunitas kita,” ujar
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi, Syahrasaddin kepada wartawan usai
membuka rapat koordinasi kelompok kerja KAT tahun anggaran (TA) 2012 di Hotel
Ratu, Kota Jambi, Rabu (26/9).
Menurut Syahrasarddin, KAT ini hidup di perairan pantai timur, mereka akan dinventarisir guna diberikan pendidikan. Oleh karena itu, tim kelompok kerja (pokja) dari Pemprov Jambi perlu memberikan perhatian lebih.
Suku Bajau Tanjungjabung. Ft\Ist |
Kemudian
untuk layanan kesehatan pemerintah akan memberikan layanan menggunakan perahu. “KAT
ini tersebar di delapan kabupaten, selain suku anak dalam (SAD) adalagi suku
bajau di Kabupaten Tanjungjabung,’ ucapnya.
Sejauh
ini KAT berangsur-sangsur mengalami perubahan ke arah lebih baik dari sisi
peradapan, khusunya SAD, kendati masih belum sesuai harapan.
Dikatakan
Syahrasaddi, mata pencaharian KAT ini ialah berburuh atau mencari binatang laut
seperti ikan dan sebangsanya untuk kemudian dijual kepada masyarakat lain. Sekda
juga beharap suku bajau juga harus diberikan hak politik dan kartu identitas
layaknya warga lain.
“Berikan
juga KTP elektronik guna mempercepat mereka mendapat hak politik, mudah-mudahan
ini bisa tercapai”, tandasnya.
Pantauan
Tanjab Ekspres di Daerah Mendahara, Kabupaten Tanjabbar beberapa waktu lalu,
peradaban suku bajau yang oleh penduduk setempat disebut suku laut hingga kini
masih primitif.
Suku
ini sedikit terkucil dari masyarakat umum, dan hidup berkelompok. Mereka
bermukim di atas air dan mata pencaharian mereka sebagai nelayan tradisional, mereka
menjual hasil laut kepada warga Mendahara atau warga lainnya dengan sistem barter (barang ditukar dengan
barang).
Walaupun
sebagian telah mengenal alat tukar (Uang), transaksi jual beli seperti ini
masih ada dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lain dengan modal saling
percaya dan saling menguntungkan kedua belah pihak.
Interaksi
sosial terbatas, suku ini banyak menghabiskan hari-harinya di atas perahu yang
merupakan kendaraan (alat) berburu sekaligus sebagian dijadikan tempat tinggal
untuk melakukan aktivitas lainnya. (ref)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar