JAMBI, TANJAB EKSPRES – Kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran dan pembakaran kawasan hutan di Provinsi Jambi dalam sebulan terakhir telah menelan korban ratusan orang.
Rata-rata korban dari
tercemarnya udara di Provinsi Jambi tersebut menderita penyakit inspeksi
saluran pernapasan akut (ISPA). Saat ini sedikitnya 160 kasus ISPA yang
ditangani sejumlah rumah sakit (RS) di Provinsi Jambi.
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi, Andi Pada kepada wartawan mengatakan, banyaknya kasus ISPA yang
menyerang masyarakat Jambi karena kondisi udara yang tercemar dan kotor.
Pencemaran udara
tersebut disebabkan tebalnya kabut asap
yang menyelimuti Provinsi Jambi belakangan ini. “Kita telah menghimbau
masyarakat untuk tidak banyak melakukan kegiatan di luar rumah jika kabut asap
semakin tebal,” ujarnya.
Walikota Jambi, Bambang
Priyanto ketika dikonfrimasi Tanjab Ekspres beberapa waktu lalu mengatakan,
jika memang kabut asap ini semakin tebal maka pemerintah akan meminta dinas
pendidikan untuk meliburkan anak sekolah.
“Tapi saat inikan masih
bisa ditolerir, karena ketebalan kabut asab belum begitu berbahaya, baru sampai
ke tingkat 70 pm, ketabalan ini masih belum dibilang berbahaya bagi kesehatan,”
ujar Bambang.
Namun demikian, Bambang
menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dan dianjurkan menggunakan masker
jika hendak bepergian ke luar rumah, terutama bagi pengendara kendaraan
bermotor.
Sejauh ini Pemerintah Kota
Jambi telah mempersipkan ribuan masker untuk dibagikan kepada masyarakat jika
ketebalan kabut asap ini masuk ke pase berbahaya. Saat ini memang belum
semuahnya dibagikan, karena takut pas sampai puncaknya, masker telah habis.
Sementara
itu, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, menginformasikan hingga akhir minggu
ketiga bulan September, satelit NOAA berhasil menemukan sedikitnya 650 lebih
titik api yang tersebar di kawasan hutan dalam Provinsi Jambi.
Titik
api itu tak hanya karena kebakaran hutan yang merambah hingga ke kawasan hutan
lindung. Namun ada juga ulah masyarakat yang membuka kebun dengan cara membakar
lahan pertanian tersebut. (ref)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar